https://search.google.com/search-console/removals?resource_id=https%3A%2F%2Fzetende.blogspot.com%2F

Saturday, June 16, 2012

Reconstruction of Modern Social Theory

It's my book. "Reconstruction of Modern Social Theory" published by Gadjah Mada University Press, 2012. This book is written departs from the fact that the world grows increasingly complex and dynamic.This reality confirms what was revealed by Durkheim that the world evolved from the simplest to the more complex life. But the world is not entirely filled with the harmonious order. The world is full of conflict. This fact was confirmed with the Marxian thinkers. Not really as Marxian thought, people do not want to constantly be in conflict. Communities also wants to build a consensus during their life, though often encountered is the pseudo or false consensus. Now the society are in post-industrial era. They are heterogeneous, caused by awareness of the uniqueness of the model to which every citizen of the world in responding to the reality. Weberian thinkers, focusing on the unique world of human consciousness and subjective, in the middle of the dynamic and complex world. This book invites readers to critically reconstruct the three streams of social science. The three streams of school are consensus, conflict, and the stream of the world concerned with human consciousness. The world is a product of human consciousness. Although the human consciousness is also a product of a world where people are.

1 comment:

LKPS said...

Contemporary social theory has evolved become so sophisticated. However, if you trace the history of its development, then you would not miss a study of three major perspectives developed in social science, namely the structural-functional perspective, the structural conflict and constructionism. Propositions and concepts offered by the three social theories into a grand narrative for each of their adherents.
Teori struktural muncul lebih awal dibanding kedua teori yang tersebut belakangan di atas. Ia meneguhkan diri sebagai teori yang menekankan pentingnya harmoni. Sementara itu teori struktural konflik menyatakan tidak puas dengan teori pendahulunya itu, dan menegaskan bahwa setiap warga masyarakat berpotensi memicu bagi lahirnya konflik dan bukannya harmoni. Adapun teori konstruksionis, mengkritik kedua teori tersebut sebagai pemikiran yang terlalu mengedepankan struktur, padahal yang kongkrit dalam masyarakat itu tidak ada lain selain individu. Oleh karena itu ia meneguhkan bahwa mengkaji masyarakat harus berangkat dari individu. Meski individu bisa jadi adalah produk masyarakat, namun masyarakat juga produk dari individu yang ada di dalamnya.
Atas dasar realitas seperti itu tulisan ini (buku 'Reconstruction of Modern Social Theory) memilih ketiga perspektif tersebut sebagai tema sentral pembahasan. Buku ini ingin melakukan rekonstruksi dengan menelusuri perspektif sosiologi yang selama ini bukan sekedar mendasari tetapi juga menghegemoni cara-cara orang melihat dan memahami manusia dalam membangun kehidupan bermasyarakat. Perspektif-perspektif teori sosial yang ditulis dalarn buku ini merupakan perspektif yang tidak mungkin dilewati dalam memahami teori sosial.
Buku ini mengajak pembaca untuk memahami asumsi-asumsi dasar, sejarah dan kondisi sosial yang melatar belakangi munculnya ketiga perspektif tersebut. Dibahas juga dalam buku ini fokus masing-masing perspektif, apakah ia menekankan pentingnya struktur ataukah individu, apakah body ataukah menekankan pada mind. Ataukah menekankan pada relasi antara individu dan struktur masyarakatnya. Di samping itu juga diangkat tokoh-tokoh, dimensi teori, pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, bahkan juga kemungkinan cara memilih metodologi yang relevan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan demikian, diharapkan pembaca dapat menelusuri perbedaan cara sosiologi melihat dan memahami manusia dalam masyarakat dan kehidupan sosial secara lebih menyeluruh.
Dengan menelusuri secara menyeluruh ketiga perspektif yang dibahas dalam buku ini, maka pembaca diharapkan dapat memetakan cara ilmuwan sosial menjawab pertanyaan sosiologis, bagaimana “proses dan tertib sosial berlangsung?” Masing-masing perspektif memiliki cara melihat dan memahami proses maupun tertib sosial berlangsung. Ada yang melihat dan memahami bahwa proses dan tertib sosial tiada lain adalah produk dari masyarakat. Di sisi lain, ada yang memandang tertib sosial tiada lain adalah produk individu. Bahkan ada pula yang menyatakan bahwa tertib sosial adalah fungsi dari tarik menarik antara individu dengan masyarakatnya. Perbedaan ini muncul disebabkan karena ada perbedaan asumsi dasar serta stock of knowledge para sosiolog dalam memaknai manusia dalam hubungannya dengan masyarakat.