https://search.google.com/search-console/removals?resource_id=https%3A%2F%2Fzetende.blogspot.com%2F

Friday, May 29, 2020

BAHAYA JIKA ECONOMIC HITMAN
KENDALIKAN NEW NORMAL

Oleh: Prof. Dr. Zainuddin Maliki, MSi - anggota DPR RI Fraksi PAN

New-normal harus punya arti bukan hanya pemodal besar, tetapi UMKM juga harus berkembang.
Seperti ternak ayam petelornya Majelis Ekonomi Pimp. Cab. Muhammadiyah Babat, Lamongan 
itupun harus bisa disupport hingga tak terhentikan oleh Covid-19.


NEW NORMAL SAH SEBAGAI WACANA, TETAPI..
Pemerintah melemparkan wacana new-normal untuk mengurangi ketatnya pembatasan berskala besar. Aktivitas ekonomi diperlonggar. Bukan hanya mall yang dipersilahkan aktif, meski dengan sejumlah kewajiban mematuhi protokol kesehatan. Rupanya pemerintah juga tengah berfikir membuka dunia pariwisata. Tentu mudah ditebak berikutnya adalah mengundang sebanyak mungkin investor asing. 

Kebijakan new normal seperti itu sebenarnya sah-sah saja diwacanakan. Tetapi masyarakat banyak menganggap sebagai ide yang belum layak di laksanakan karena hingga awal Juni ini kurva Covid-19 juga belum kunjung melandai.

Mengenai investasi asing tentu harus diberi catatan khusus. Pasalnya tak semua di antara mereka  memikirkan pentingnya keseimbangan hidup dan pelestarian alam. Apalagi keselamatan masyarakat dari hantaman wabah Covid-19. Ada yang hanya berfikir kejar untung meski ada Covid-19 begini, wabah yang jelas telah merenggut ribuan nyawa, jutaan orang kehilangan mata pencaharian, kelelahan para petugas medis dan rasa frustasi melihat sejumlah rekannya jadi korban, meninggal karena merawat pasien. 

Bagi sebagian investor, kondisi darurat itu membuat mereka menahan diri. Tetapi dikhawatirkan ada yang tak tersentuh hatinya sehingga tetap berusaha berburu keuntungan dengan cara sembarangan. 

PENGAKUAN PERUSAK EKONOMI NEGARA BERKEMBANG
Masih ingat John Perkins (2005) yang pernah membuat pengakuan, jadi agen perusak ekonomi negara-negara berkembang. Jika John Perkins "bertaubat" dan menulis buku pertaubatan, apakah langkah dia diikuti oleh yang lain? Pengakuan Perkins itu  ditulis dalam bukunya Pengakuan Seorang Perusak Ekonomi, Confessions of an Economic Hit Man - New York: Berret-Koehler Pub (2005). Ia mengaku pernah menjalankan misi sebagai pelaku perusak ekonomi negara-negara berkembang dengan menggunakan berbagai cara. 

Dikatakannya tak segan melakukan penipuan dan kecurangan dalam laporan keuangan, melakukan pemilu curang, termasuk ancaman, teror, kekerasan dan bahkan kudeta adalah cara asing menguasai dan mengeruk kekayaan negara-negara berkembang.  

Jika saja Perkins menulis pengakuannya itu di era sekarang, era digital, era industry 4.0, saya yakin Perkins akan menambahkan cara-cara perusak ekonomi itu menggunakan cyber army dan buzzer untuk menghalau dan mendemoralisasi kelompok kritis. Bahkan juga dikawal milisi dan tentara bayaran yang memiliki keahlian luar biasa melebihi keahlian pasukan elite yang dimiliki negara berkembang.

Kalau yang ditulis Perkins tentang Economic Hit Man "Perusak Ekonomi" tersebut benar, tentu dahsyat daya rusaknya daripada daya rusak yang dibikin teroris-teroris yang hanya bersenjata bom rakitan dengan pelaku orang-orang miskin atau ekonomi pas-pasan. Barangkali juga tak kalah dahsyat daya rusaknya dengan yang ditimbulkan wabah Covid-19. Bayangkan Perkins menggambarkan kaum profesional dengan bayaran tinggi melakukan praktik penipuan dalam jumlah triliunan dolar terhadap banyak negara di seluruh dunia, terutama negara berkembang.


Dalam rangka menjaga kelangsungan ekonomi affluent mereka, kelompok bergelimang uang ini terus berekspansi. Sedapat mungkin seluruh ruang kehidupan di permukaan bumi ini harus berada dalam kontrol mereka dengan mengerahkan seluruh kekuatan, meminjam bahasa Kenichi Ohmae, melibatkan empat “I” —investasi, industri, individu, dan informasi (Kenichi Ohmae, Hancurnya Negara-Bangsa: Bangkitnya Negara Kawasan dan Geliat Ekonomi Regional di Dunia Tak Terbatas, Yogyakarta: Qalam, 2002).



Ohmae tidak sekritis dan setajam nyinyirnya John Perkins. Namun, sebenarnya kalau saja Ohmae jujur, tidak hanya empat “I”, tetapi sebagaimana belakangan semakin terlihat menyolok, kelompok “affluent fundamentalis” atau “fundamentalis berkelimpahan,” tersebut melengkapi alat ekspansi mereka dengan alat-alat represif, terutama kekuasaan, lembaga peradilan dan militer. NEW NORMAL JANGAN DITUNGGANGI PERUSAK EKONOMI
Tentu di era new normal nanti, rakyat tidak ingin negeri ini dimasuki economic hitman. Masuknya mereka yang berbaju investor asing, tetapi sesungguhnya adalah economic hitman - perusak tatanan ekonomi. Datang ke sini mengambil keuntungan, tanpa peduli meninggalkan kerusakan lingkungan maupun tatanan ekonomi, politik maupun sosial kemasyarakatan kita.

Guna pemulihan ekonomi di era Covid-19 memasuki tahap new normal, yang dibutuhkan adalah investor asing yang berjiwa benevolent, yang bukan hanya keuntungan mereka sendiri yang ada di pikiran, tapi juga berpikir tentang keseimbangan alam dan harmoni tatanan kehidupan manusia. Investor yang mau mensupport UMKM dan menjalin kemitraan inti-plasma dengan masyarakat. Dengan demikian kehadiran industri strategis yang digarapnya bukan menjadi penghisap, sebaliknya punya income generating activity bagi masyarakat.

No comments: