https://search.google.com/search-console/removals?resource_id=https%3A%2F%2Fzetende.blogspot.com%2F

Monday, November 9, 2009

BNPB: Badan Nasional Penanggulangan Bencana

BNPB: Badan Nasional Penanggulangan Bencana

BNPB: Badan Nasional Penanggulangan Bencana

BNPB: Badan Nasional Penanggulangan Bencana: "6. DAMPAK BENCANA GEMPA SUMATERA BARAT
(Siaran Pers/Siaran Pers)
Sampai pukul 16.00 WIB, Rabu (21 /10) korban meninggal dunia pascagempa Sumatera Barat berjumlah 1.117 orang, korban luka berat 1.214 orang dan luka ringan 1.688 orang, dinyatakan hilang 2 orang.
Wednesday, 21 October 2009"

Sunday, April 26, 2009

Mikail's Dream


Mikail Oasis Prabowo, graduation of SMA Trimurti Surabaya. He looks very happy and proud of wearing academic gown of CIC Curtin University of Technology. He just graduates from International Business programme of diploma at CIC. The graduation ceremony celebrated last April 22, 2009. Now he looks very busy as well, as he has so many asignment for his bachelor programme in the third smester of International Busines in Curtin University, Perth, Western Australia.

PIBT Graduation Ceremony


PIBT Edith Cowan University, Perth, Western Australia, took graduation ceremony, last April 17, 2009. The graduands came from difference countries across the world. One of the graduands is Renda Haniefa Rahmi (red box). She graduated from diploma of communication studies. She is very busy right now with her third smester in bachelor of communication studies in the same university.

Sunday, March 29, 2009

Birokrasi Perkoncoan


Buku saya ini mengajak pembaca untuk memahami potret perilaku elite penguasa pemerintahan Jawa di kota besar dalam mengkonstruk agama di tengah relasinya dengan kekuasaan. Kekuasaan masih dipandang analog dengan tanah yang tidak bisa diperluas. Setiap usaha memperluasnya, hanya berarti mengurangi kekuasaan orang lain. kekuasaan masih milik sebuah "enclave", dalam hal ini milik segelintir elite yang memiliki kesamaan kesetiaan, kepentingan dan skisma aliran

Kekuasaan merupakan permainan politik kaum elite yang cenderung tidak terbagi. Kalau toh harus berbagi, sedapat mungkin dilakukan dengan orang dekat dan orang-orang setia atau para "zealot". Dalam birokrasi, maka lahir sebuah praktik "birokrasi perkoncoan" yang tidak jauh beda dengan patrimonialisme, mereka saling melindungi di antara sesama kelompok kepentingan dan skisma aliran. Di sisi lain, agama yang menyebar, memang merupakan sumberdaya politik yang efektif. Namun,dalam praktik, pengambilan simbol agama bergeser makna ke dalam pencarian legitimasi dari pusat-pusat kekuasaan. Moralitas kekuasaan telah menggeser pola pemaknaan atas agama: bukan sebagai sumber membangun the new age spirituality atau the new religious consciousness, tetapi sebagai sarana meraih kekuasaan.



Tuesday, February 3, 2009

SUMBANGAN PENDIDIKAN DALAM PENCIPTAAN BUDAYA POLITIK




Adakah sumbangan pendidikan terhadap penciptaan budaya politik?
Panggung politik nasional di negeri ini sarat akan kosa kata menarik, termasuk di dalamnya adalah kosa kata 'politikus busuk.' Kosa kata ini mirip dengan apa yang dilukiskan C. Wright Mills dengan istilah higher immorality, hilangnya kepekaan moral dalam mengelola kekuasaan politik. Ironinya hal itu terjadi di kalangan elite, notabene mereka adalah pemegang power. Politik yang semula dimaksudkan untuk membangun kebaikan bersama, lalu melenceng, politik untuk diri mereka sendiri -politics for himself. Lebih jauh anda bisa baca dalam karya saya 'Politikus Busuk: Fenomena Insensibilitas Moral Elite Politik,' terbit di Yogyakarta: Galang Press, 2004.
Nah, adakah sumbangan pendidikan dalam memperbaiki immoralitas politik elite? Seharusnya, pendidikan memiliki sumbangan besar. Jika immoralitas politik masih saja terjadi, artinya pendidikan masih harus bekerja keras dalam turut serta menghadirkan politikus yang memiliki komitmen menciptakan kebaikan bersama.

Monday, January 26, 2009

Paradigma Baru Pendidikan




Dunia pendidikan mengalami transformasi menuju paradigma baru. Paradigma lama yang bercorak behavioristik yang mengandalkan stimulus eksternal digeser popularitasnya oleh paradigma konstrukivistik yang mengedepankan tindakan intrinsik dan oleh karena itu menjadi lebih voluntaristik.

Saya ada tulisan yang sudah diseminarkan di beberapa tempat yang bisa membantu memahami kedua perspektif dan atau paradigma pendidikan tersebut.

Jika anda memerlukan silahkan kirim alamat email anda. Saya akan email dan mudah-mudahan cukup ada waktu untuk melayani semua.

Monday, January 19, 2009

Transformasi Pendidikan


Kita tengah menyaksikan sejumlah model pendidikan yang ketinggalan jaman. Antara lain ditandai dengan ketidak mampuannya menampung dan mengakomodasi berbagai macam pilihan-pilihan strategis dan dinamis dengan berbagai kepentingan yang berbeda dari masyarakat pembelajaran.

Seperti kita lihat dua generasi muda yang sedang bercanda ini, Renda yang mencoba memilih studi komunikasi di Edith Cowan University dan Mikail yang mengambil international business di Curtin University of Technology, Perth, keduanya punya mimpi, pilihan dan keinginan tentang masa depan. Pendidikan harus bisa menjawab dan mengakomodasi impian, pilihan dan keinginan tentang masa depan mereka itu. Transformasi pendidikan dengan demikian menjadi tidak terelakkan.

Jalan Strategis Menuju Guru Profesional

Begitu banyak muncul isu krusial dalam pendidikan. Antara lain the ill-equiped for employment, yaitu belum terdayagunakannya lulusan pendidikan di lapangan kehidupan. Mereka cerdas dan berpengetahuan, namun kecerdasan dan pengetahuannya tidak bisa dimanfaatkan. Mereka mengalami kegagalan fungsi literasi dalam arti cerdas, tapi kecerdasannya tidak bisa membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

Banyak factor penyebab the ill-equiped for employment. Antara lain tuntutan standar mutu yang diminta masyarakat kian meningkat. Pe­nye­leng­gara pendidikan, termasuk pendidiknya juga belum profesional. Tentu di samping kondisi siswa itu sendiri.

Dari fihak guru, kelemahan yang biasa dijumpai acapkali berkaitan dengan penguasaan atau pilihan strategi pembelajaran. Sering dijumpai, pem­be­lajaran yang dilakukan para guru baru menyentuh per­mukaan (surface) saja. Sedikit sekali pembelajaran yang dilakukan guru dapat menyentuh aspek yang lebih substantive dan mendalam (deep approach) dalam proses pembelajaran (teaching and learning). Akibatnya guru tidak bisa mengembangkan kompetensi siswa sebagaimana yang diharapkan. Lebih jauh jalan strategis macam apa yang bisa dipilih menuju guru profesional bisa dibaca dalam tulisan saya 'Pengembangan Profesionalisme Guru.'